Kamis, 12 Desember 2013

Cerpen : Pilihan Hati

(Pernah di posting di Kompasiana.com)
Usiaku tiga puluh lima tahun, bersuami dan mempunyai dua orang anak. Kata orang kebahagiaanku sudah lengkap, dengan pekerjaan tetap dan suami yang pebisnis. Setiap hari hanya tawa yang ada di keluarga kami. Empat belas tahun sudah kurajut keluargaku dengan damai. Damai?? hmm apakah benar? Akhir-akhir ini Dein selalu beralasan tuk keluar rumah dalam jangka waktu yang lama, biasanya tak seperti itu. Memang, dia harus berkeliling ke beberapa tempat untuk mengambil setoran dari beberapa kolega yang mengambil barang darinya, tapi tak pernah lama paling setengah sampai satu jam.
"Biar saja si Ujang yang ngambil setoran itu, Pa! saranku suatu hari
"Gak usahlah.. biar papa aja.. sambil silaturahmi dan memperpanjang usia bisnis. Kan kita gak mau kehilangan rekan ma...! tolaknya. Aku pikir benar juga. Bisnis Dein adalah bisnis garmen lokal, harus punya banyak kolega untuk memasarkannya. Tanpa mereka usaha Dein tak mungkin berjalan.
"Laki-laki itu jangan terlalu dipercaya?" Ujar kakakku suatu hari ketika aku menceritakan kegiatan Dein yang lain dari biasanya. Aku tersenyum namun rasa curiga menghantuiku. Ah... aku terlalu curiga, pikirku.
"Mama...! Sebuah suara kecil memanggilku. Aku menoleh dengan cepat memasang senyum yang menurutku paling manis ditengah kegalauan hati.
"Ya, Sayang..ada apa? tanyaku pada gadis kecilku. Dea baru saja genap enam tahun, namun sangat menggemaskan.
"Papa mana ma?" tanya Dea polos
"Hm..mungkin ngecek barang dulu di temennya, knapa? "
"Enggak...ini hpnya ketinggalan" sahut dea sambil menyodorkan sebuah ponsel milik Dein.
"Coba simpan aja di meja, ya sayang" sahutku
"oke mah...Dea bobo dulu yah!
Aku tersenyum mengantarnya ke depan pintu kamarnya ..tiba-sebuah nada pesan berbunyi dari ponsel Dein. Rasa penasaran muncul, siapa yah? pikirku. Secepat kilat aku memburu ponsel itu...
1320332351928670663
from yahoo
mlm sayang...lgi ngapain?
Siapa nih pikirku. Sebuah nomor yang rasanya gak asing namun tak bernama. Tiba-tiba ponsel itu berbunyi kembali. Cepat-cepat aku membukanya.
Kenapa malam ini gak datang? Dilarang yah? Abang ini laki-laki jangan mau diatur sama istri. Aku ngerti perasaan abang..aku juga bisa marah kalau diperlakukan seperti itu.
Perasaanku jadi membabi buta..siapa? apa salah sambung? apa aku harus menghubungi orang tersebut?
Namun kebimbangan melarangku. Aku ingin tahu sms lain yang akan masuk. Suara mobil memasuki pelataran parkir..Cepat-cepat aku menyimpan ponsel itu, memasuki kamar dan pura-pura tidur...
Pikiranku terus mengingat nomor pengirim yang tertera, nomor itu tak asing....
"Ma... dah tidur yah?' Dein memasuki kamar  entah apa yang dilakukannya. Aku sengaja mengunci rapat mataku. Sebuah sentuhan dipunggungku tak kugubris. Dalam hitungan detik sebuah dengkur lembut terdengar. Aku beringsut dan mencari ponsel tadi. Tak ada di meja itu...kemana? Apa sudah dipindahkan? Kucari-cari tak juga ketemu. Apa Dein menyembunyikannya? Kurogoh saku jaket yang tergantung... haah...di sini rupanya. Ponsel itu ada disana.. kubuka kembali sms tersebut namun sudah tak ada... sudah di "delete". Kapan Dein menghapusnya?
Bersambung  klik disini  http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2011/11/04/lelaki-pilihan-2-409535.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar