Jumat, 22 Mei 2020

APRESIASI DRAMA 2

    Instruksi
    Rabu Kemarin, kalian sudah menonton sebuah drama. Nah Rabu ini kita akan lanjutkan untuk memahami unsur-unsur sebuah drama. Untuk itu coba kalian kerjakan soal-soal berikut. ‌ Instruksi Khusus 1. Kerjakan soal 1 sampai 6 di bukumu dan kirim fotonya melalui WA ibu. 2. Untuk soal no 7, direkam melalui video dan di kirim melalui WA. 3. Waktu pengerjaan hanya sampai tanggal 25 Mei 2020; ‌ Buka buku paket Bahasa Indonesia yang sudah kamu miliki, 1. Bacalah halaman 237, mengapa sebuah drama harus menyertakan prolog dan epilog? Jelaskan! 2. Pelajari halaman 238, Coba jelaskan yang dimaksud dengan resolusi, konflik, dan orientasi dalam sebuah drama! 3. Mengapa dalam drama harus ada konflik? Jelaskan! 4. Apa yang membedakan drama dengan cerpen atau novel? 5. Pelajari halaman 243 dan 244, Berdasarkan sajian isinya drama dibagi menjadi tragedi, komedi, dan tragikomedi. Jelaskan ketiga jenis tersebut! 6. Pelajari halaman 250, jelaskan apa yang dimaksud dengan tokoh, wawancang, dan kramagung!

APRESIASI DRAMA 1

    APRESIASI DRAMA 1
    Assalamualaikum Wr. Wb. Hai bagaimana kabarmu? Mudah-mudahan selalu sehat yah. Baiklah, minggu ini kita akan belajar materi terakhir di semester ini. Nah, tugasmu minggu ini: Silahkan menonton drama yang ibu lampirkan (video dan link youtubenya), setelah itu jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Tulislah identitas drama tersebut (masih ingatkan identitas buku) 2. Buatlah sinopsis/ringkasan cerita dari drama tersebut! 3. Analisislah unsur intrinsik dan ekstrinsiknya! 4. Tulislah kelebihan/kekurangan drama tersebut! 5. Tulislah komentarmu tentang drama tersebut! ‌ PETUNJUK PENGERJAAN: 1. Tugas boleh ditik (dilampirkan melalui atacch file) atau tulis tangan (dan hasilnya difoto) 2. Tugas dikumpulkan melalui WA ibu, 0896579716413. Selamat mempelajari materi ini!
    VIDEO DAPAT DILIHAT DI SINI!  https://www.youtube.com/watch?v=VfExnE_oqwU

Jumat, 15 Mei 2020


APRESIASI CERPEN


GAGAK SIAL
Soni Farid Maulana

AKU pindah rumah, ternyata gagak sialan itu mengikuti aku. Ia selalu berkoak-koak bila tengah malam tiba. Kesal dengan itu, aku pinjam bedil mimis pada sahabatku. Nah, ketika berkoak-koak lagi di atas genting rumahku, segera aku bidik. Alhamdulillah kena, dan gagak itu pun terjungkal ke bawah. Aku ambil bangkainya sebelum dimakan si meong, lalu aku bakar. Setelah itu, aku buang ke Sungai Nagawiru.
SEJAK itu rasa sakit di tubuhku mulai hilang. Sebelum rasa sakit hilang, aku muntah darah disertai beberapa biji paku kecil. Aku kaget dengan semua itu. Sahabatku yang tahu atas kejadian aneh yang menimpa diriku—segera—menghubungi orang pintar. “Teluhnya telah kau gagalkan dengan menembak burung gagak itu. Bersabarlah, Allah swt akan membalasmu dengan segalanya kebaikan,” ujar orang pintar.
Atas kejadian tersebut aku lama termenung. Apa salahku selama ini, kok orang itu main teluh seenak udel? Apakah ia mengira dirinya orang suci? Jika melakukan kezaliman terhadap orang lain, apa artinya sebutan orang suci bagi dirinya? Sungguh aku tak habis pikir dengan semua itu, juga dengan sepasukan orang-orang yang disuruhnya membenci keluargaku, dan menggibah keluargaku di mana-mana.
Benar kata Rasulullah saw, orang yang bangkrut di hari akhir adalah orang yang menumpuk kebaikan, tapi semua itu habis dikuras oleh segala kezaliman yang dilakukannya terhadap orang lain. “Itulah orang yang merugi,” ujar Ustad Abdul Somad dalam sebuah pengajian, yang aku dengar melalui jejaring sosial.
“Mari aku periksa tubuhmu,” kata orang pintar. Lalu aku mendekat kepada dirinya. Diraba dan dibacakan doa setiap inci tubuhku. Hasilnya tiba-tiba terasa ada yang keluar dari kepalaku. Sakitnya bukan main. Aku seperti diserang vertigo. “Alhamdulillah, sudah kabur setan yang diperintahkan majikannya yang mengganggu dirimu. Ia akan merasakan akibatnya,” ujar orang pintar. Dan aku menganggukkan kepalaku.

Malam semakin larut dan tua. Desir angin dari ranting ke ranting pohonan terdengar nyaring di luar jendela. Terdengar suara si meong mengerang di atas tembok, dengan erangan yang panjang. “Apa yang terjadi dengan si meong?” batinku. “Insya Allah sejak hari ini gangguan mistik itu hilang. Teruslah berzikir dan minta perlindungan kepada Allah swt,” tutur orang pintar, menasihatiku.
***
APA yang aku alami itu sungguh di luar akal sehat. Hari-hari yang aku tempuh sebelumnya terasa berat, dan bahkan enggan melakukan apa-apa. Rupanya si zalim itu, selain ingin menghabisi nyawaku, terlebih dahulu ingin melumpuhkan segala keinginanku. Baik keinginan mencari nafkah untuk keluarga, maupun keinginan jalan-jalan ke luar rumah.
“Sungguh bajingan apa yang dia perbuat selama ini. Apa yang akan dia jawab bila kelak Allah swt memintai pertanggungjawaban kepada dia, si zalim?” batinku bertanya.
Ah ya, aku ingat. Pada malam itu, ada seekor ular hitam yang masuk halaman rumahku. Untungnya ular itu ditemukan oleh si meong berbulu hitam, yang aku besarkan sejak kecil. Aku menyaksikan perkelahian antara ular hitam dan si meong. Akhirnya si meong menang, dan tubuh ular itu sebagian dimakannya. Sisanya aku buang ke Sungai Nagawiru.
Aneh, dari mana ular itu datang? Dari Sungai Nagawiru? Semua pinggir sungai itu berdinding batu yang licin oleh semen. Jadi sangat mustahil ular itu bisa manjat, kecuali jika ada pohonan. Sejak itu aku semakin menyayangi Si Hitam, meong yang telah menyelamatkan jiwa dan ragaku dari gigitan ular hitam.

Sayangnya, si meong mati sudah. Di tubuhnya banyak luka, semacam digebug oleh benda tajam dan runcing. Mayat Si Meong ditemukan oleh penjaga sekolah yang dekat rumahku, dan dia bilang sudah dikuburkan di halaman belakang sekolah tersebut.
***
PADA malam yang lain, aku mimpi bertemu dengan orang yang menzalimi diriku dan keluargaku selama ini. Wajahnya kusut, tubuh dan pakaiannya kumal. Tangisnya mengguncang dinding kota. Dan ia berlalu begitu saja dari hadapanku. Aku tidak tahu, apakah ia masih hidup ataukah sudah mati. Bila ia sudah mati, apakah ia sekarat dengan kesakitan yang sangat? Aku tidak tahu.
Seperti biasa pada tengah malam seperti ini—aku—selalu bangun, untuk membaca ulang apa yang aku tulis. Tentu saja semua itu aku lakukan setelah mendirikan salat dua rakaat dan berdoa. Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara memanggilku dari balik pintu. Ketika aku buka, tak ada siapa-siapa di luar sana. Suara itu tidak aku kenal. Apakah ini suara teluh yang lain?
Jika memang aku harus mati oleh teluh oleh kezalimannya, aku yakin tempatku kelak bukan di neraka sana. Tapi di surga. Dosa-dosaku kelak akan dilahap dengan rakusnya oleh si zalim. Sesaat kemudian, tak terasa, waktu bergulir dengan amat cepatnya. Tiba-tiba saja aku mendengar suara orang melantunkan tahrim dari sebuah surau yang jauh.
Suara tahrim yang lembut dan syahdu itu, mengingatkan aku pada suara tahrim yang pemah aku dengar di Mekah dan Madinah sana. Betapa aku ingin kembali datang ke sana, ingin membaringkan jiwa dan ragaku yang lelah. Ingin kembali meneguk air zamzam yang menyegarkan jiwa dan ragaku.
Dan kini, di sini. Di ruang tempat kerjaku, aku kembali membaca sejumlah tulisan lamaku. Aku temukan sejumlah catatan lama tentang burung gagak yang koaknya aku dengar di Paris, juga di Kuala Lumpur. Di Paris, aku dengar koak gagak di atas kuburan penyair Charles Baudelaire. Di Kuala Lumpur aku dengar di atas kota. Aku yakin itu bukan gagak mistik, seperti yang pernah aku bunuh di atas genting rumahku.

Gagak memang lambang mistik dan kematian, lambang negeri kelam yang disukai orang hitam berhati arang. Sekelam bahkan sehitam hati si zalim, yang berupaya membunuhku dengan teluhnya itu. Ya, membunuh orang dengan teluh adalah perbuatan keji, yang jejaknya tak terlihat oleh orang lain, kecuali oleh orang yang berilmu. Mereka tahu, dari siapa teluh itu dikirim. Bahkan di antara mereka ada yang bisa mengembalikan teluh itu dan membunuh tukang teluh itu.
Ingat akan hal itu, ingin sekali aku balas dendam membunuh si zalim. Tapi sejumlah ulama melarang aku untuk melakukan perbuatan yang biadab itu. “Allah tidak diam, anakku. Ia akan membalas segala perbuatan orang zalim itu, termasuk kepada mereka yang suka gibah. Bersihkan hatimu dengan zikir dan istigfar. Itu lebih baik dan disukai oleh Allah swt,” jelas Kiai Sepuh pada sebuah malam, saat kuberkunjung ke rumahnya di Sukaraja, sana.
Astagfirullah, kok ada ya di muka bumi orang sekeji itu? Kok ada orang yang katanya pewaris ilmu Nabi tapi melakukan perbuatan terkutuk. “Orang semacam ini telah menduakan Tuhan. Jelas itu perbuatan dosa besar yang sulit diampuni. Astagfirullah, jangan sampai kita terlibat dalam perbuatan tercela semacam itu,” lanjut Kiai Sepuh.
Dan malam kian larut dan tua. Desir angin saya dengar menggeser ranting pohonan di luar jendela sana. ***


Kamis, 14 Mei 2020


ANALISIS VARIASI BAHASA PADA PROGRAM ACARA TELEVISI BIG CIRCLE

(SEBUAH  KAJIAN  SOSIOLINGUISTIK)

PENELITIAN


 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain memerlukan alat dan sarana sebagai media dalam berinteraksi. Salah satu media yang digunakan dalam interaksi tersebut yakni bahasa. Bahasa ini digunakan untuk dapat membantu manusia untuk saling bertukar pendapat dan saling berbagi pengalaman untuk memperlancar kegiatan.
Bahasa sebagai salah satu alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi, erat hubungannya dengan salah satu cabang ilmu bahasa yakni sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah kajian yang menyusun teori-teori tentang hubungan masyarakat dengan bahasa. Sosiolinguistik juga mempelajari dan membahas aspek –aspek kemasyarakatan bahasa khususnya perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor- faktor kemasyarakatan (Nababan 1993:2). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik tidak hanya mempelajari tentang bahasa tetapi juga mempelajari tentang aspek-aspek bahasa yang digunakan oleh masyarakat.
Salah satu aspek yang dikaji dalam sosiolinguistik adalah variasi bahasa atau ragam bahasa. Menurut Kridalaksana dalam Chaer dan Agustina (1995:80) Variasi bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik dimana sosiolingustik berusaha menjelaskan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.  Menurut Chaer dan Agustina (2010: 61) Terjadinya kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang heterogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial melalui percakapan sehari-hari baik di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar. Keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Menurut Aslinda dan Syafyahya (2010: 16) variasi bahasa dipengaruhi oleh faktor sosial yaitu umur. Dalam Kartomihardja (1988: 61) variasi bahasa merupakan istilah yang agak umum dan netral sifatnya. Istilah itu diasiosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam satu bahasa yang timbul karena adanya perbedaan kelas sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, profesi, ideologi, cita- cita, agama dan lain sebagainya. Variasi penggunaan bahasa dari sudut pandang penutur memiliki perbedaan usia.
Berdasarkan umur, orang yang sudah berumur akan lebih banyak berbicara tentang ajaran hidup dan nasihat, sedangkan anak-anak akan berbicara tentang teman-teman bermainnya, keinginan membeli mainan baru, atau kegiatan menyenangkan saat mereka di sekolah. Begitu juga variasi bahasa seorang jurnalis akan berbeda dengan variasi bahasa yang digunakan oleh seorang guru. Seorang jurnalis akan lebih banyak membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan dunia politik, kejahatan, isu-isu, dan berita aktual lainnya, sedangkan guru akan lebih dominan berbicara tentang masalah pengajaran dan mendidik peserta didik di sekolah. Dengan demikian penutur harus bisa memilih variasi bahasa yang sesuai dengan keperluannya.
Program Big Circle merupakan jenis tayangan di Metro TV yang membahas mengenai karya-karya nyata beberapa tokoh yang hasilnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Program ini tayang setiap Minggu pukul 19.30 – 20.30 WIB dan dipandu oleh Andy F Noya. Dalam program ini, anak-anak muda Indonesia dapat bertemu dengan beberapa tokoh yakni Veronica Colondam (Founder & CEO YCAB Foundation), Arto Soebiantoro (CEO Gambaran Brand), Rene Suhardono (Initiator Limitless Campus), Yoris Sebastian (Founder & Creative Thinker OMG Consulting), Ben Soebiakto (CMO Kapanlagi Network & Founder IdeaFest), Danton Sihombing (Founder & CEO Inkara Brand Consulting). William Tanuwijaya (CEO Tokopedia), Billy Boen (Founder Young On Top) selaku mentor, serta beberapa narasumber lain, yang sukses dengan usaha yang mereka rintis di usia muda.
Dalam program Big Circle ini dibahas mengenai bagaimana anak muda melihat persoalan, menyelesaikan permasalahan, membuat unit bisnis yang didalamnya sudah melakukan pemberdayaan dan masyarakat sekitar dapat merasakan dampak positif dari bisnis tersebut.
Pembawa acara Big Circle Andy F Noya mengungkapkan bahwa acara ini adalah ajang hadirnya entepreneur muda dan berbagi tentang pengalaman mereka, dan bagaimana cara untuk menjadi leaders, pengusaha, ataupun menjadi wirausaha sosial. Lalu, pesan moral yang ingin kami sampaikan melalui big circle adalah generasi muda Indonesia sebaiknya terjun menjadi pengusaha yang sekaligus menyelesaikan masalah-masalah sosial di sekitar.
Program ini menarik untuk ditonton dan dicermati, khususnya penggunaan bahasanya. Penulis memilih talk show Big Circle karena bersifat inspirasif seperti memberi wawasan kepada orang lain atau memberikan nilai lain dari kehidupan seseorang. Big Circle cukup banyak digemari oleh publik karena selalu menampilkan tayangan terbaru, membahas topik-topik menarik, serta menghadirkan bintang tamu/narasumber yang istimewa. 
Variasi bahasa yang terdapat dalam acara talk big circle sangat bervariasi, semua itu bergantung pada jenis profesi atau kegiatan bisnis yang digeluti bintang tamu yang datang dalam acara Talk Show ini, dengan kata lain dengan dihadirkannya bintang tamu yang berbeda- beda dalam setiap segmen acara ini menyebabkan kevariasian bahasa. 
Big Circle menghadirkan tema atau topik-topik menarik mengenai bagaimana anak-anak muda berjiwa enterpreneur mengembangkan sayapnya. Kisah kehidupan nyata yang informatif seperti memberikan informasi, edukatif seperti memberi nilai pendidikan dan menginspirasi, karena tujuan dari talk show ini memupuk jiwa wirausaha inspiratif yang didatangkan langsung dari narasumber.

PEMBATASAN MASALAH
 Variasi bahasa yang terdapat dalam acara Talk Show Big Circle sangat bervariasi, semua itu bergantung pada bintang tamu yang datang dalam acara talk show ini, dengan kata lain dengan dihadirkannya bintang tamu yang berbeda- beda dalam setiap segmen acara ini menyebabkan kevariasian bahasa.  
Berdasarkan uraian pada paragraf sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti tayangan Big Circle karena dianggap berbeda dengan talk show yang lain terlihat dari narasumber yang dihadirkan dan materi yang dibawakan. Penulis juga tertarik untuk menganalisis variasi bahasa dalam acara Talk Show Big Circle di Metro TV dengan pertimbangan bahwa dalam acara Talk Show Big Circle menemukan banyak variasi bahasa yang digunakan dalam acara tersebut dan talk show ini.  
 Alasan peneliti mengambil judul variasi bahasa karena bahasa sangat penting untuk diteliti, karena kevariasian bahasa yang digunakan oleh penutur sangat memengaruhi terhadap respon mitra tutur, begitu pula sebaliknya, dengan kata lain alasan memilih variasi bahasa untuk diteliti yaitu karena saat kita berbicara atau berkomunikasi tidak terlepas dari variasi bahasa yang kita gunakan, itu semua bergantung dengan kebutuhan lawan bicara kita.
Dunia enterpreuneur yang sangat kekinian memuncukan beragam variasi bahasa yang unik untuk dianalisis, sangat banyak istilah asing di telinga para pemirsa.  Dalam penelitian ini penulis akan membahas variasi atau ragam bahasa yang terdapat pada tayangan Big Circle mengusung tema “Top Carier di Usia Muda  02 Oktober 2017. Narasumber yang dihadirkan di acara Big Circle adalah William Tanuwijaya (CEO Tokopedia), Billy Boen (Founder Young On Top).
   
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang dan pembatasan masalah tersebut penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Variasi bahasa apa saja yang muncul dalam program Acara Talk Show Big Circle tema “Top Carier di Usia Muda”  02 Oktober 2017?
2.      Jargon apa saja yang muncul dalam program Acara Talk Show Big Circle tema “Top Carier di Usia Muda”  02 Oktober 2017?
 
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1.      Mendeskripsikan variasi bahasa yang muncul dalam program Acara Talk Show Big Circle tema “Top Carier di Usia Muda”  02 Oktober 2017.
2.      Mendeskripsikan jargon yang muncul dalam program Acara Talk Show Big Circle tema “Top Carier di Usia Muda”  02 Oktober 2017.
 
  
KAJIAN TEORI
 
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta menurut medium pembicaraan (KBBI, 2003:920). Sebuah bahasa telah memiliki sistem dan subsistem yang dapat dipahami secara sama oleh para penutur bahasa tersebut. Meskipun penutur itu berada dalam masyarakat tutur yang sama, tidak merupakan kumpulan manusia homogen, maka wujud bahasa yang konkret yang disebut parole menjadi tidak seragam atau bervariasi. Keragaman atau kevariasian bahasa ini tidak hanya terjadi karena para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga kegiatan dan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer dan Agustina, 1995:85).
Dalam variasi bahasa, terdapat dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Chaer dan Agustina (1995:82), membedakan variasi bahasa menjadi empat, yaitu variasi bahasa dari segi penutur, pemakaian, keformalan, dan sarana.
Klasifikasi Variasi Bahasa Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register). Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya. Berdasarkan penutur berarti siapa yang menggunakan bahasa itu, dimana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakannya. Berdasarkan penggunaannya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya. Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut, dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya.
A.    Variasi dari Segi Penutur
 a.   Variasi bahasa idiolek
Idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang mempunyai idiolek masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Yang paling dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut. Idiolek melalui karya tulis pun juga bisa, tetapi untuk membedakannya agak sulit.
 b.   Variasi bahasa dialek
Dialek, yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada di suatu tempat atau area tertentu. Umpamanya, Bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya. Bidang studi yang mempelajari tentang variasi bahasa ini adalah dialektologi.
 c.    Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Kronolek atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Sebagai contoh, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, lima puluhan, ataupun saat ini.
 d.  Variasi bahasa sosiolek Sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik variasi inilah yang menyangkut semua masalah pribadi penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, pekerjaan, seks, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan variasi bahasa yang berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya disebut dengan prokem.
1.                  Variasi bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu variasi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.
2.               Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Variasi bahasa berdasarkan pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkat atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
3.                Variasi bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang digunakan oleh ibu-ibu akan berbeda dengan variasi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
 
 
4.                Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur
Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubaligh, dokter, dan lain sebagainya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.
5.               Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan adalah variasi yang terkait dengan tingkat dan kedudukan (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosakata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata wafat.
6.                Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah.
B.     Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunanya, pemakainya atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra, jurnalistik, pertanian, militer, pelayaran, pendidikan, dsb. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
C.     Variasi dari Segi Keformalan
Menurut Martin Joos, variasi bahasa dibagi menjadi lima macam gaya (ragam), yaitu ragam beku (frozen); ragam resmi (formal); ragam usaha (konsultatif); ragam santai (casual); ragam akrab (intimate).
1. Gaya atau ragam beku (frozen) Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi khidmat dan upacara resmi. Misalnya, dalam khotbah, undang-undang, notaris, sumpah, dan sebagainya. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, dan tidak boleh diubah.
2. Gaya atau ragam resmi (formal) Ragam resmi adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, ceramah, buku pelajaran, dan sebagainya.
3. Gaya atau ragam usaha (konsultatif) Ragam usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat, ataupun pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Wujud ragam ini berada diantara ragam formal dan ragam informal atau santai.
d. Gaya atau ragam santai (casual) Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dangan keluarga atau teman pada waktu beristirahat, berolahraga, berekreasi, dsb. Ragam santai banyak menggunakan bentuk allegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan.
D.    Variasi Bahasa Dari Segi Penggunaanya
Variasi bahasa berdasarkan penggunaanya disebut juga fungsilek, ragam atau register. Register adalah satu ragam tertentu yang digunakan untuk maksud tertentu, dengan bidang penggunaanya, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaanya. Variasi bahasa berdasarkan bidang penggunaannya adalah bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari ada variasi dibidang Sastra, Jurnalistik, Militer, Sinema, Perekonomian, Pertanian, Pemerintahan, Lalu lintas, Ketenagakerjaan di Malaysia (TKW) dan bidang ilmu lainnya.
Perbedaan variasi bahasa dari segi penggunaan terdapat pada kosa katanya. Setiap bidang akan memiliki sejumlah kosa kata khusus yang tidak ada dalam kosa kata lainnya. Namun demikian, variasi berdasarkan bidang kegiatan ini tampak pula dalam tataran morfologi dan sintaksis. Alwasilah mengatakan register adalah satu ragam tertentu yang digunakan untuk maksud tertentu, sebagai kebalikan dari dialek. Dialek berkenaan dengan bahasa digunakan untuk siapa, di mana, dan kapan, sedangkan register berhubungan dengan masalah bahasa digunakan untuk kegiatan apa. Dengan kata lain register dapat dibatasi lebih sempit dengan acuan pada pokok ujaran atau pokok pembicaraan. Dalam kehidupan mungkin saja seseorang hanya hidup dalam satu dialek, misalnya sesorang penduduk yang tinggal di desa terpencil di lereng gunung atau di tepi pantai. Tetapi dia pasti tidak hidup hanya dengan satu register, sebab dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat, bidang kegiatan yang dilakukan pasti lebih dari satu.
 Dalam keadaan modern pun ada kemungkinan seseorang yang hanya mengenal satu dialek, namun pada umumnya dalam masyarakat modern orang hidup lebih dari satu dialek (regional maupun sosial) dan menggeluti sejumlah register, sebab dalam masyarakat modern orang sudah pasti berurusan dengan sejumlah kegiatan yang berbeda. Holmes memberikan pengertian mengenai register dengan konsep yang lebih umum karena disejajarkan dengan konsep ragam (style), yakni merujuk pada variasi bahasa yang mencerminkan perubahan berdasarkan faktor-faktor situasi (seperti tempat/waktu, topik pembicaraan). Selain itu Wardhaugh memahami register sebagai sebagai pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan maupun kelompok sosial tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut kesimpulan register merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok tertentu dengan kosakata yang sama, tujuan yang sama dan dapat dipahami sesuai dengan konteks pembicaraan.
Halliday mengungkapkan ciri-ciri register sebagai berikut: a. Variasi bahasa berdasarkan penggunaanya dan ditentukan berdasarkan apa yang sedang dikerjakan (sifat kegiatan yang menggunakan bahasa). b. Mencerminkan proses sosial (berbagai kegiatan sosial) c. Register menyatakan hal yang berbeda sehingga cenderung berbeda dalam hal semantik, tatabahasa, dan kosakata (jarang dalam bidang fonologi)
 Variasi bahasa terjadi akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau bahasa tidak resmi. a. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, surat-menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. b. Variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal.
 

METODE PENELITIAN
 
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat dan hanya memotret apa yang terjadi pada objek atau wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto,2010: 3)
Metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk membuat deskripsi atau gambaran untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain (Moleong, 2013: 5-6). Berdasarkan pernyataan, metode deskriptif kualitatif merupakan suatu metode langsung yang digunakan oleh peneliti secara objektif untuk menyelidiki suatu permasalahan yang diteliti dan dipaparkan dalam sebuah laporan penelitian. Hal yang dideskripsikan dalam penelitian ini merupakan variasi bahasa dalam talk show Big Circle  tema “Top Carier di Usia Muda”  02 Oktober 2017.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1.             Mengumpulkan data acara talk show Big Circle  
2.             Mengunduh acara talk show Big Circle tema “Top Carier di Usia Muda”  02 Oktober 2017. melalui www.youtube.com
3.             Menulis/mengetik pembicaraan talk show Big Circle dan menjadikan transkrip data
4.             Menganalisis data hasil dan pembahasan
 
 
 
HASIL PENELITIAN
 
Big Circle adalah sebuah program talk show yang dipandu oleh wartawan senior Andy F. Noya di Metro TV.   Program Big Circle merupakan jenis tayangan di Metro TV yang membahas mengenai karya-karya nyata beberapa tokoh yang hasilnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Program ini tayang setiap Minggu pukul 19.30 – 20.30 WIB dan dipandu oleh Andy F Noya. Dalam program ini, anak-anak muda Indonesia dapat bertemu dengan beberapa tokoh yakni Veronica Colondam (Founder & CEO YCAB Foundation), Arto Soebiantoro (CEO Gambaran Brand), Rene Suhardono (Initiator Limitless Campus), Yoris Sebastian (Founder & Creative Thinker OMG Consulting), Ben Soebiakto (CMO Kapanlagi Network & Founder IdeaFest), Danton Sihombing (Founder & CEO Inkara Brand Consulting). William Tanuwijaya (CEO Tokopedia), Billy Boen (Founder Young On Top) selaku mentor, serta beberapa narasumber lain, yang sukses dengan usaha yang mereka rintis di usia muda.
Dalam program Big Circle ini dibahas mengenai bagaimana anak muda melihat persoalan, menyelesaikan permasalahan, membuat unit bisnis yang didalamnya sudah melakukan pemberdayaan dan masyarakat sekitar dapat merasakan dampak positif dari bisnis tersebut.
Pembawa acara Big Circle Andy F Noya mengungkapkan bahwa acara ini adalah ajang hadirnya entepreneur muda dan berbagi tentang pengalaman mereka, dan bagaimana cara untuk menjadi leaders, pengusaha, ataupun menjadi wirausaha sosial. Lalu, pesan moral yang ingin kami sampaikan melalui big circle adalah generasi muda Indonesia sebaiknya terjun menjadi pengusaha yang sekaligus menyelesaikan masalah-masalah sosial di sekitar.
 Dalam pembawaannya, Andy F. Noya selaku host mempunyai karakter dan gaya bahasa yang unik dan khas. Dalam setiap poin pertanyaan yang bersifat langsung, formal, dan jujur namun tidak sarkastik terkadang mengundang tawa sehingga para narasumber merasa nyaman dan terbuka ketika menjawab pertanyaan yang dilontarkan.
 Literasi pada dimensi jumlah yang memfokuskan pada variasi bahasa mendeskripsikan bahwa berbagai wujud variasi bahasa digunakan oleh penutur dan mitra tutur dalam tayangan ini. Penutur dalam dialog adalah Andy F. Noya yang berperan sebagai pemandu acara Big Circle, penutur tambahan adalah Amanda, dan mentornya pada acara tersebut adalah Billy Boen. Penutur lainnya adalah para bintang tamu 
 
3.1. Variasi bahasa dari segi keformalan Ragam bahasa yang digunakan pada talkshow Big Circle adalah ragam bahasa santai dan akrab. Ragam bahasa ini digunakan dengan tujuan mengasah hati penontonnya, sehingga perlu teknik agar komunikasi tersebut dapat dipahami dan diambil maknanya, acara ini dikemas dengan santai dan akrab. Hal ini terlihat pada tuturan yang akrab dan santai dari penutur maupun mitra tuturnya. Berikut ini tuturan yang memperlihatkan variasi Bahasa ragam santai:
 
 
Billy      :  Judulnya Young On Top itu tahun 2009 itu, nulis bukunya sebenarnya  dari tahun 2006 proses nulisnya dua setengah tahun karena memang zaman dulu nggak hobi baca buku jadi jadi nulisnya lama lah gitu ya kemudian singkat cerita 2009 diterbitkan, kemudian masuk ke sebuah program TV yang luar biasa namanya Kick Andy kalau gak salah.
Andy     : wah keren banget yah, aku penah nonton juga keren keren keren.
 Andy Noya  : Mungpung ada William, saya sangat terkesan dan saya ingin William mengulang-ulang tentang kenapa anak-anak muda harus bermimpi sebesar-besarnya setinggi-tingginya menyitir statement Bung Karno, Boleh diulang statementnya
 
3.2. Variasi bahasa dari segi penutur Variasi atau ragam dari segi penutur tampak pada penggunaan dialek Jakarta/ Betawi yang sering dipakai oleh Andy, Amanda, maupun mentornya untuk menimbulkan kesan akrab, sebagaimana terlihat pada tuturan berikut ini.
Andy Noya            : Banyak yang salah salah persepsi mengenai buku ini, loh ini kok ngajarin  nggak bener. Sukses dalam waktu instan yah, sukses tanpa proses. Nah, bagaimana menjawab pertanyaan itu?
 
3.3. Variasi bahasa dari segi penggunaan Variasi bahasa dari segi penggunaan tampak pada penggunaan register. Register merupakan ragam bahasa tertentu yang digunakan untuk maksud tertentu, sebagai balikan dari dialek sosial atau regional (Alwasilah,1993:63). Register yang tampak pada komunikasi yakni register di bidang pendidikan. Bentuk register tampak pada tuturan berikut ini.
3.4 Variasi bahasa sosiolek Sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik variasi inilah yang menyangkut semua masalah pribadi penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, pekerjaan, seks, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan variasi bahasa yang berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya disebut dengan prokem.
 
3.4.1        Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Variasi bahasa berdasarkan pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkat atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
 
3.4.2        Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur
Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubaligh, dokter, dan lain sebagainya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
1.    Chaer, Abdul dan Leonie A. (2010). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
2.    Hamalik, O. (2014). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
3.    Karomani. (2010). Keterampilan Berbicara 1. Jakarta: Matabaca Publishing.
4.    Kartomihardjo, S. (1988). Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta.
5.    Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
6.    Pateda, M. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa Bandung.
7.    Putu Wijaya, D. dan Muhammad R. (2013). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
8.    Setiyadi, B. (2006). Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing: Pendekatan Kualitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
9.    Suyanto, E. (2011). Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar. Yogyakarta: Ardana Medi



Kamis, 16 April 2020

RESENSI BUKU SELENA DAN NEBULA


 RESENSI BUKU




IDENTITAS BUKU

Judul Buku       : Selena
Penulis              : Tere Liye
Penerbit            : Gramedia
Tahun Terbit    : 2020
Tebal Buku       : 365 hlm

Judul Buku       : Nebula
Penulis              : Tere Liye
Penerbit            : Gramedia
Tahun Terbit     : 2020
Tebal Buku       : 375 hlm


 CINTA, PERSAHABATAN, DAN KEEGOISAN


Pernah membaca buku-buku karya Tere Liye? Atau bahkan tidak pernah absen satu seri pun? Siapa yang tidak mengenal Tere Liye? Salah seorang novelis terkenal di Indonesia. Novel yang diterbitkan selalu menjadi best seller dan tidak mengecewakan. Novel Selena dan Nebula adalah dua buah novel yang diterbitkan sekaligus melengkapi novel-novel yang telah terbit dan berhubungan dengan kedua novel ini:  Bumi, Bulan, Matahari, Bintang, dan Komet. Sudah membacanya?
Selena dan Nebula merupakan novel lanjutan dari petualangan yang dialami oleh sosok Raib, Ali, dan Selli. Namun dalam kedua novel ini, diceritakan kisah khusus ibu guru matematika, Selena yang menjadi sosok penting terbukanya portal paralel ke klan Nebula dan rahasia orang tua Raib. Membaca kedua novel ini harus dimulai dari Selena terlebih dahulu dan kemudian Nebula.
Novel Selena diawali dengan bagaimana masa kecil Selena disebuah Distrik kecil, kawasan kumuh, padat, dan tertinggal di Klan Bulan. Ketika usia Selena lima belas tahun, ibunya meninggal. Ayah Selena sudah meninggal setahun sebelumnya. Kejadian itu membuat Selena harus meninggalkan tempat tinggalnya untuk tinggal bersama dengan paman yang baru diketahui setelah ibunya meninggal. Paman Raf adalah pemilik kantor konstruksi, karena itu Selena kemudian harus bekerja membantunya membangun gorong-gorong kota. Pekerjaan itu membuat Selena membuka mata untuk bisa kuliah di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi mengembangkan kemampuan spesialnya. Akademi Bayangan Tingkat Tinggi adalah sebuah akademi yang mencetak orang-orang luar biasa. Keinginan Selena untuk kuliah di ABTT sempat terancam gagal karena kemampuan spesial yang dimilikinya tidak sempurna, namun atas bantuan Tamus akhirnya Selena dapat menyempurnakan kemampuannya. Bantuan Tamus rupanya merupakan cikal bakal keberuntungan sekaligus kemalangan Selena.
Selama menempuh kuliah di ABTT, Selena bersahabat dengan Mata dan Tazk. Dua sahabatnya ini memiliki kemampuan spesial lainnya, dan mereka bahu membahu melaksanakan pembelajaran khususnya pada mata kuliah bertarung. Sebuah persahabatan yang luar biasa, namun diselingi dengan unsur ketertarikan diantara mereka. Perjalanan Selena dalam novel ini diisi dengan bagaimana dia mengembangkan kemampuan spesialnya khususnya sebagai pengintai, ancaman Tamus untuk melakukan beberapa hal berbahaya, ketertarikannya pada Tazk, dan akhirnya menjadi keinginannya untuk menemukan Cawan Keabadian dan membuka portal menuju Nebula.
Pada Novel Nebula, diceritakan kehidupan Selena dan sahabatnya menyelesaikan kuliah semester akhir. Pembelajaran yang sangat luar biasa, guru-guru yang luar biasa, dan pengalaman yang juga sangat luar biasa. Kemampuan Selena dalam pengintaian, teleportasi, membuat tameng yang sangat kuat, pukulan dentuman yang hebat semakin terasah begitu pula dengan kedua sahabatnya Mata dan Tazk dengan keistimewaan mereka. Rasa penasaran Selena terhadap teka-teki yang dia temukan atas perintah Tamus membawanya untuk dapat menemukan Cawan Keabadian. Keinginan itu diperkuat ketika Kakek Tazk yang merupakan mantan Panglima Tinggi Pasukan Bayangan meninggal dan membuka sejarah kelam dirinya. Tazk menemukan banyak rahasia yang disimpan rapi sang kakek yang menyebabkan dia membatu Selena untuk mencari Cawan Keabadian.
Selena dan Tazk juga tak lupa mengajak Mata yang kemudian diketahui merupakan pemilik keturunan murni klan Bulan yang menjadi kunci terbukanya portal menuju Nebula. Mereka menemukan klan Nebula sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam puisi yang ditemukan oleh Selena. Tunggulah Bulan Purnama. Kehadiran mereka di klan Nebula disambut baik, namun di tempat inilah persahabatan mereka diuji. Kecemburuan, penghianatan, dan keegoisan merubah segalanya.
Membaca kedua novel ini cukup mengasyikan, penulis mampu mendeskripsikan pertempuran yang dialami oleh tokoh Selena dan kedua sahabatnya Mata dan Tazk dengan sangat rinci. Dari mulai pertarungan yang mereka alami di simulasi perkuliahan sampai dengan pertarungan sesungguhnya di klan Nebula. Bahasa yang digunakan penulis juga sangat lugas dan mudah dipahami walaupun menggunakan istilah-istilah ilmu pengetahuan atau istilah-istilah pertempuran yang khas.
Penggambaran latar juga sangat menarik salah satunya ketika penulis menggambarkan suasana daerah sungai-sungai jauh dimana terlihat dari atas sambungan beberapa sungai yang membuat imajinasi pembaca berkelana, belum lagi penggambaran bentuk flora dan fauna yang ditunjukkan oleh salah satu dosen Selena yakni si kembar Flau dan Flo dalam mata kuliah Hewan, Tumbuhan, dan Bukan Keduanya.
Yang tak kalah menarik adalah pengambilan nama tokoh-tokoh yang kadang membuat geli, seperti nama sepupu Selena: Am, Im, Um, Em, dan Om sampai ke nama klub sepak bola idola mereka PAR-SIB dan PAR-SIJA yang tentu saja tidak asing di telinga kita.  Sehingga selain membuat adrenalin pembaca memuncak ketika terjadi pertempuran tiga sahabat baik selama latihan maupun pertempuran di klan Nebula, kedua novel ini juga menyuguhkan sentilan lucu.
Walaupun Novel Selena dan Nebula merupakan kelanjutan dari Novel Bumi, Matahari, Bulan, Bintang dan Komet namun kita tidak perlu khawatir jika belum sempat membaca kelima novel tersebut, karena setiap novel memiliki cerita tersendiri. Nah, selamat berlayar di dunia imajinasi.

Rina Armaini