ANALISIS VARIASI BAHASA PADA PROGRAM ACARA TELEVISI BIG CIRCLE
(SEBUAH KAJIAN
SOSIOLINGUISTIK)
PENELITIAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia
sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain memerlukan
alat dan sarana sebagai media dalam berinteraksi. Salah satu media yang
digunakan dalam interaksi tersebut yakni bahasa. Bahasa ini digunakan untuk
dapat membantu manusia untuk saling bertukar pendapat dan saling berbagi
pengalaman untuk memperlancar kegiatan.
Bahasa
sebagai salah satu alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi, erat
hubungannya dengan salah satu cabang ilmu bahasa yakni sosiolinguistik. Sosiolinguistik
adalah kajian yang menyusun teori-teori tentang hubungan masyarakat dengan
bahasa. Sosiolinguistik juga mempelajari dan membahas aspek –aspek
kemasyarakatan bahasa khususnya perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam bahasa
yang berkaitan dengan faktor- faktor kemasyarakatan (Nababan 1993:2).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik
tidak hanya mempelajari tentang bahasa tetapi juga mempelajari tentang aspek-aspek
bahasa yang digunakan oleh masyarakat.
Salah
satu aspek yang dikaji dalam sosiolinguistik adalah variasi bahasa atau ragam
bahasa. Menurut Kridalaksana dalam Chaer dan Agustina (1995:80) Variasi bahasa
merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik dimana sosiolingustik
berusaha menjelaskan ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Menurut Chaer dan Agustina (2010: 61)
Terjadinya kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya
yang heterogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial melalui percakapan
sehari-hari baik di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar. Keragaman ini
akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat
banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Menurut Aslinda dan Syafyahya
(2010: 16) variasi bahasa dipengaruhi oleh faktor sosial yaitu umur. Dalam
Kartomihardja (1988: 61) variasi bahasa merupakan istilah yang agak umum dan
netral sifatnya. Istilah itu diasiosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam
satu bahasa yang timbul karena adanya perbedaan kelas sosial ekonomi, latar
belakang pendidikan, profesi, ideologi, cita- cita, agama dan lain sebagainya.
Variasi penggunaan bahasa dari sudut pandang penutur memiliki perbedaan usia.
Berdasarkan
umur, orang yang sudah berumur akan lebih banyak berbicara tentang ajaran hidup
dan nasihat, sedangkan anak-anak akan berbicara tentang teman-teman bermainnya,
keinginan membeli mainan baru, atau kegiatan menyenangkan saat mereka di
sekolah. Begitu juga variasi bahasa seorang jurnalis akan berbeda dengan
variasi bahasa yang digunakan oleh seorang guru. Seorang jurnalis akan lebih
banyak membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan dunia politik, kejahatan,
isu-isu, dan berita aktual lainnya, sedangkan guru akan lebih dominan berbicara
tentang masalah pengajaran dan mendidik peserta didik di sekolah. Dengan
demikian penutur harus bisa memilih variasi bahasa yang sesuai dengan
keperluannya.
Program
Big Circle merupakan jenis tayangan di Metro TV yang membahas mengenai karya-karya
nyata beberapa tokoh yang hasilnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Program
ini tayang setiap Minggu pukul 19.30 – 20.30 WIB dan dipandu oleh Andy F Noya. Dalam
program ini, anak-anak muda Indonesia dapat bertemu dengan beberapa tokoh yakni
Veronica Colondam (Founder & CEO YCAB Foundation), Arto Soebiantoro (CEO
Gambaran Brand), Rene Suhardono (Initiator Limitless Campus), Yoris Sebastian
(Founder & Creative Thinker OMG Consulting), Ben Soebiakto (CMO Kapanlagi
Network & Founder IdeaFest), Danton Sihombing (Founder & CEO Inkara
Brand Consulting). William Tanuwijaya (CEO Tokopedia), Billy Boen (Founder
Young On Top) selaku mentor, serta beberapa narasumber lain, yang sukses dengan
usaha yang mereka rintis di usia
muda.
Dalam
program Big Circle ini dibahas mengenai bagaimana anak muda melihat persoalan,
menyelesaikan permasalahan, membuat unit bisnis yang didalamnya sudah melakukan
pemberdayaan dan masyarakat sekitar dapat merasakan dampak positif dari bisnis
tersebut.
Pembawa
acara Big Circle Andy F Noya mengungkapkan bahwa acara ini adalah ajang
hadirnya entepreneur muda dan berbagi tentang pengalaman mereka, dan bagaimana
cara untuk menjadi leaders,
pengusaha, ataupun menjadi wirausaha sosial. Lalu, pesan moral yang ingin kami
sampaikan melalui big circle adalah
generasi muda Indonesia sebaiknya terjun menjadi pengusaha yang sekaligus
menyelesaikan masalah-masalah sosial di sekitar.
Program
ini menarik untuk ditonton dan dicermati, khususnya penggunaan bahasanya.
Penulis memilih talk show Big Circle
karena bersifat inspirasif
seperti memberi wawasan kepada orang lain atau memberikan nilai lain dari
kehidupan seseorang. Big Circle cukup
banyak digemari oleh publik karena selalu menampilkan tayangan terbaru,
membahas topik-topik menarik, serta menghadirkan bintang tamu/narasumber yang
istimewa.
Variasi
bahasa yang terdapat dalam acara talk big
circle sangat bervariasi, semua itu bergantung pada jenis profesi atau
kegiatan bisnis yang digeluti bintang tamu yang datang dalam acara Talk Show ini, dengan kata lain dengan
dihadirkannya bintang tamu yang berbeda- beda dalam setiap segmen acara ini
menyebabkan kevariasian bahasa.
Big Circle
menghadirkan tema atau topik-topik menarik mengenai bagaimana anak-anak muda
berjiwa enterpreneur mengembangkan
sayapnya. Kisah kehidupan nyata yang informatif seperti memberikan informasi,
edukatif seperti memberi nilai pendidikan dan menginspirasi, karena tujuan dari
talk show ini memupuk jiwa wirausaha
inspiratif yang didatangkan langsung dari narasumber.
PEMBATASAN MASALAH
Variasi bahasa yang terdapat dalam acara Talk Show Big Circle sangat bervariasi,
semua itu bergantung pada bintang tamu yang datang dalam acara talk show ini,
dengan kata lain dengan dihadirkannya bintang tamu yang berbeda- beda dalam
setiap segmen acara ini menyebabkan kevariasian bahasa.
Berdasarkan uraian pada
paragraf sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti tayangan Big Circle karena dianggap berbeda
dengan talk show yang lain terlihat dari narasumber yang dihadirkan dan materi
yang dibawakan. Penulis juga tertarik untuk menganalisis variasi bahasa dalam
acara Talk Show Big Circle di Metro
TV dengan pertimbangan bahwa dalam acara Talk
Show Big Circle menemukan banyak variasi bahasa yang digunakan dalam acara
tersebut dan talk show ini.
Alasan peneliti mengambil judul variasi bahasa
karena bahasa sangat penting untuk diteliti, karena kevariasian bahasa yang
digunakan oleh penutur sangat memengaruhi terhadap respon mitra tutur, begitu
pula sebaliknya, dengan kata lain alasan memilih variasi bahasa untuk diteliti
yaitu karena saat kita berbicara atau berkomunikasi tidak terlepas dari variasi
bahasa yang kita gunakan, itu semua bergantung dengan kebutuhan lawan bicara
kita.
Dunia
enterpreuneur yang sangat kekinian
memuncukan beragam variasi bahasa yang unik untuk dianalisis, sangat banyak
istilah asing di telinga para pemirsa.
Dalam penelitian ini penulis akan membahas variasi atau ragam bahasa
yang terdapat pada tayangan Big Circle
mengusung tema “Top Carier di Usia Muda” 02 Oktober 2017. Narasumber yang dihadirkan
di acara Big Circle adalah William
Tanuwijaya (CEO Tokopedia), Billy Boen (Founder
Young On Top).
RUMUSAN MASALAH
Dari
latar belakang dan pembatasan masalah tersebut penelitian ini merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Variasi
bahasa apa saja yang muncul dalam program Acara Talk Show Big Circle tema “Top
Carier di Usia Muda” 02 Oktober 2017?
2. Jargon
apa saja yang muncul dalam program Acara Talk Show Big Circle tema “Top Carier
di Usia Muda” 02 Oktober 2017?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan
variasi bahasa yang muncul dalam program Acara Talk Show Big Circle tema “Top
Carier di Usia Muda” 02 Oktober 2017.
KAJIAN
TEORI
Variasi
bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, dan orang yang dibicarakan serta menurut medium pembicaraan (KBBI,
2003:920). Sebuah bahasa telah memiliki sistem dan subsistem yang dapat
dipahami secara sama oleh para penutur bahasa tersebut. Meskipun penutur itu
berada dalam masyarakat tutur yang sama, tidak merupakan kumpulan manusia
homogen, maka wujud bahasa yang konkret yang disebut parole menjadi tidak
seragam atau bervariasi. Keragaman atau kevariasian bahasa ini tidak hanya
terjadi karena para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga kegiatan dan
interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer dan Agustina,
1995:85).
Dalam
variasi bahasa, terdapat dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa
dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman
fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk
memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang
beraneka ragam. Chaer dan Agustina (1995:82), membedakan variasi bahasa menjadi
empat, yaitu variasi bahasa dari segi penutur, pemakaian, keformalan, dan
sarana.
Klasifikasi
Variasi Bahasa Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek)
dan pemakaian (register). Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu
pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya. Berdasarkan
penutur berarti siapa yang menggunakan bahasa itu, dimana tinggalnya, bagaimana
kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa
itu digunakannya. Berdasarkan penggunaannya, berarti bahasa itu digunakan untuk
apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi
keformalannya. Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut,
dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya.
A. Variasi
dari Segi Penutur
a. Variasi
bahasa idiolek
Idiolek merupakan variasi bahasa yang
bersifat perseorangan. Setiap orang mempunyai idiolek masing-masing. Idiolek
ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat,
dan sebagainya. Yang paling dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali
suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut. Idiolek
melalui karya tulis pun juga bisa, tetapi untuk membedakannya agak sulit.
b. Variasi
bahasa dialek
Dialek,
yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang
berada di suatu tempat atau area tertentu. Umpamanya, Bahasa Jawa dialek
Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya. Bidang studi yang
mempelajari tentang variasi bahasa ini adalah dialektologi.
c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Kronolek
atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial
pada masa tertentu. Sebagai contoh, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun
tiga puluhan, lima puluhan, ataupun saat ini.
d. Variasi bahasa sosiolek Sosiolek atau dialek
sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas
sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik variasi inilah yang menyangkut
semua masalah pribadi penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan sosial
ekonomi, pekerjaan, seks, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan variasi bahasa
yang berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para
penuturnya disebut dengan prokem.
1.
Variasi bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu
variasi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa
anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.
2.
Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Variasi bahasa berdasarkan
pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si
pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar
akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkat atas.
Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda
penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
3.
Variasi
bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa berdasarkan seks
adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau
wanita. Misalnya, variasi bahasa yang digunakan oleh ibu-ibu akan berbeda
dengan variasi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
4.
Variasi
bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur
Variasi bahasa berdasarkan profesi
adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas
para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh,
guru, mubaligh, dokter, dan lain sebagainya tentu mempunyai perbedaan variasi
bahasa.
5.
Variasi bahasa berdasarkan tingkat
kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat
kebangsawanan adalah variasi yang terkait dengan tingkat dan kedudukan
(kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan
variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa
dalam bidang kosakata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa,
sedangkan para raja menggunakan kata wafat.
6.
Variasi
bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat
ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan
variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi
bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan.
Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai
variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah.
B. Variasi
dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan
penggunanya, pemakainya atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam atau register.
Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau
tingkat keformalan dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang
pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau
bidang apa. Misalnya, bidang sastra, jurnalistik, pertanian, militer,
pelayaran, pendidikan, dsb. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata
khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya
sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan
digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri
tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Intinya ragam
bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan
ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
C. Variasi
dari Segi Keformalan
Menurut Martin Joos, variasi bahasa
dibagi menjadi lima macam gaya (ragam), yaitu ragam beku (frozen); ragam resmi
(formal); ragam usaha (konsultatif); ragam santai (casual); ragam akrab
(intimate).
1. Gaya atau ragam beku (frozen)
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam
situasi khidmat dan upacara resmi. Misalnya, dalam khotbah, undang-undang,
notaris, sumpah, dan sebagainya. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya
sudah ditetapkan secara mantap, dan tidak boleh diubah.
2. Gaya atau ragam resmi (formal)
Ragam resmi adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat
dinas, ceramah, buku pelajaran, dan sebagainya.
3. Gaya atau ragam usaha
(konsultatif) Ragam usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan
pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat, ataupun pembicaraan yang
berorientasi kepada hasil atau produksi. Wujud ragam ini berada diantara ragam
formal dan ragam informal atau santai.
d. Gaya atau ragam santai (casual)
Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi
untuk berbincang-bincang dangan keluarga atau teman pada waktu beristirahat,
berolahraga, berekreasi, dsb. Ragam santai banyak menggunakan bentuk allegro,
yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan.
D. Variasi
Bahasa Dari Segi Penggunaanya
Variasi
bahasa berdasarkan penggunaanya disebut juga fungsilek, ragam atau register.
Register adalah satu ragam tertentu yang digunakan untuk maksud tertentu,
dengan bidang penggunaanya, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana
penggunaanya. Variasi bahasa berdasarkan bidang penggunaannya adalah bahasa itu
digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Contohnya dalam kehidupan
sehari-hari ada variasi dibidang Sastra, Jurnalistik, Militer, Sinema,
Perekonomian, Pertanian, Pemerintahan, Lalu lintas, Ketenagakerjaan di Malaysia
(TKW) dan bidang ilmu lainnya.
Perbedaan
variasi bahasa dari segi penggunaan terdapat pada kosa katanya. Setiap bidang
akan memiliki sejumlah kosa kata khusus yang tidak ada dalam kosa kata lainnya.
Namun demikian, variasi berdasarkan bidang kegiatan ini tampak pula dalam
tataran morfologi dan sintaksis. Alwasilah mengatakan register adalah satu
ragam tertentu yang digunakan untuk maksud tertentu, sebagai kebalikan dari
dialek. Dialek berkenaan dengan bahasa digunakan untuk siapa, di mana, dan
kapan, sedangkan register berhubungan dengan masalah bahasa digunakan untuk
kegiatan apa. Dengan kata lain register dapat dibatasi lebih sempit dengan
acuan pada pokok ujaran atau pokok pembicaraan. Dalam kehidupan mungkin saja
seseorang hanya hidup dalam satu dialek, misalnya sesorang penduduk yang
tinggal di desa terpencil di lereng gunung atau di tepi pantai. Tetapi dia
pasti tidak hidup hanya dengan satu register, sebab dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat, bidang kegiatan yang dilakukan pasti lebih dari satu.
Dalam keadaan modern pun ada kemungkinan
seseorang yang hanya mengenal satu dialek, namun pada umumnya dalam masyarakat
modern orang hidup lebih dari satu dialek (regional maupun sosial) dan
menggeluti sejumlah register, sebab dalam masyarakat modern orang sudah pasti
berurusan dengan sejumlah kegiatan yang berbeda. Holmes memberikan pengertian
mengenai register dengan konsep yang lebih umum karena disejajarkan dengan
konsep ragam (style), yakni merujuk pada variasi bahasa yang mencerminkan
perubahan berdasarkan faktor-faktor situasi (seperti tempat/waktu, topik
pembicaraan). Selain itu Wardhaugh memahami register sebagai sebagai pemakaian
kosakata khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan maupun kelompok sosial
tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut kesimpulan register merupakan variasi
bahasa yang digunakan oleh kelompok tertentu dengan kosakata yang sama, tujuan
yang sama dan dapat dipahami sesuai dengan konteks pembicaraan.
Halliday
mengungkapkan ciri-ciri register sebagai berikut: a. Variasi bahasa berdasarkan
penggunaanya dan ditentukan berdasarkan apa yang sedang dikerjakan (sifat
kegiatan yang menggunakan bahasa). b. Mencerminkan proses sosial (berbagai
kegiatan sosial) c. Register menyatakan hal yang berbeda sehingga cenderung
berbeda dalam hal semantik, tatabahasa, dan kosakata (jarang dalam bidang
fonologi)
Variasi bahasa terjadi akibat adanya
keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan variasi bahasa
harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau
bahasa tidak resmi. a. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi
resmi seperti, pidato, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, surat-menyurat
resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui
pendidikan formal di sekolah-sekolah. b. Variasi bahasa rendah digunakan dalam
situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam
surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini
dipelajari secara langsung dalam umum, dan tidak pernah dalam pendidikan
formal.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah
disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Pada
penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat dan hanya memotret apa yang
terjadi pada objek atau wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang
terjadi dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto,2010: 3)
Metode
deskriptif kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk membuat deskripsi
atau gambaran untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain
(Moleong, 2013: 5-6). Berdasarkan pernyataan, metode deskriptif kualitatif
merupakan suatu metode langsung yang digunakan oleh peneliti secara objektif
untuk menyelidiki suatu permasalahan yang diteliti dan dipaparkan dalam sebuah
laporan penelitian. Hal yang dideskripsikan dalam penelitian ini merupakan
variasi bahasa dalam talk show Big Circle
tema “Top Carier di Usia Muda” 02
Oktober 2017.
Dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1.
Mengumpulkan data acara talk show Big
Circle
2.
Mengunduh acara talk show Big Circle tema
“Top Carier di Usia Muda” 02 Oktober
2017. melalui www.youtube.com
3.
Menulis/mengetik pembicaraan talk show Big
Circle dan menjadikan transkrip data
4.
Menganalisis data hasil dan pembahasan
HASIL PENELITIAN
Big
Circle adalah sebuah
program talk show yang dipandu oleh
wartawan senior Andy F. Noya di Metro TV. Program
Big Circle merupakan jenis tayangan
di Metro TV yang membahas mengenai karya-karya nyata beberapa tokoh yang
hasilnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Program ini tayang setiap Minggu
pukul 19.30 – 20.30 WIB dan dipandu oleh Andy F Noya. Dalam program ini, anak-anak
muda Indonesia dapat bertemu dengan beberapa tokoh yakni Veronica Colondam
(Founder & CEO YCAB Foundation), Arto Soebiantoro (CEO Gambaran Brand),
Rene Suhardono (Initiator Limitless Campus), Yoris Sebastian (Founder &
Creative Thinker OMG Consulting), Ben Soebiakto (CMO Kapanlagi Network &
Founder IdeaFest), Danton Sihombing (Founder & CEO Inkara Brand
Consulting). William Tanuwijaya (CEO Tokopedia), Billy Boen (Founder Young On
Top) selaku mentor, serta beberapa narasumber lain, yang sukses dengan usaha
yang mereka rintis di usia
muda.
Dalam
program Big Circle ini dibahas mengenai bagaimana anak muda melihat persoalan,
menyelesaikan permasalahan, membuat unit bisnis yang didalamnya sudah melakukan
pemberdayaan dan masyarakat sekitar dapat merasakan dampak positif dari bisnis
tersebut.
Pembawa
acara Big Circle Andy F Noya mengungkapkan bahwa acara ini adalah ajang
hadirnya entepreneur muda dan berbagi
tentang pengalaman mereka, dan bagaimana cara untuk menjadi leaders, pengusaha, ataupun menjadi
wirausaha sosial. Lalu, pesan moral yang ingin kami sampaikan melalui big circle adalah generasi muda
Indonesia sebaiknya terjun menjadi pengusaha yang sekaligus menyelesaikan
masalah-masalah sosial di sekitar.
Dalam
pembawaannya, Andy F. Noya selaku host
mempunyai karakter dan gaya bahasa yang unik dan khas. Dalam setiap poin
pertanyaan yang bersifat langsung, formal, dan jujur namun tidak sarkastik
terkadang mengundang tawa sehingga para narasumber merasa nyaman dan terbuka
ketika menjawab pertanyaan yang dilontarkan.
Literasi pada
dimensi jumlah yang memfokuskan pada variasi bahasa mendeskripsikan bahwa
berbagai wujud variasi bahasa digunakan oleh penutur dan mitra tutur dalam
tayangan ini. Penutur dalam dialog adalah Andy F. Noya yang berperan sebagai
pemandu acara Big Circle, penutur tambahan adalah Amanda, dan mentornya pada
acara tersebut adalah Billy Boen. Penutur lainnya adalah para bintang tamu
3.1. Variasi bahasa dari segi keformalan Ragam bahasa
yang digunakan pada talkshow Big Circle adalah ragam bahasa santai dan akrab.
Ragam bahasa ini digunakan dengan tujuan mengasah hati penontonnya, sehingga
perlu teknik agar komunikasi tersebut dapat dipahami dan diambil maknanya,
acara ini dikemas dengan santai dan akrab. Hal ini terlihat pada tuturan yang
akrab dan santai dari penutur maupun mitra tuturnya. Berikut ini tuturan yang
memperlihatkan variasi Bahasa ragam santai:
Billy :
Judulnya Young On Top itu
tahun 2009 itu, nulis bukunya sebenarnya dari tahun 2006 proses nulisnya dua setengah tahun
karena memang zaman dulu nggak hobi
baca buku jadi jadi nulisnya lama lah
gitu ya kemudian singkat cerita 2009 diterbitkan, kemudian masuk ke sebuah
program TV yang luar biasa namanya Kick Andy kalau gak salah.
Andy : wah
keren banget yah, aku penah nonton juga keren keren keren.
Andy
Noya : Mungpung ada William, saya
sangat terkesan dan saya ingin William mengulang-ulang tentang kenapa anak-anak
muda harus bermimpi sebesar-besarnya setinggi-tingginya menyitir statement Bung Karno, Boleh diulang statementnya
3.2.
Variasi bahasa dari segi penutur Variasi atau ragam dari segi penutur tampak
pada penggunaan dialek Jakarta/ Betawi yang sering dipakai oleh Andy, Amanda,
maupun mentornya untuk menimbulkan kesan akrab, sebagaimana terlihat pada
tuturan berikut ini.
Andy
Noya :
Banyak yang salah salah persepsi mengenai buku ini, loh ini kok ngajarin
nggak
bener. Sukses dalam waktu instan yah,
sukses tanpa proses. Nah, bagaimana menjawab pertanyaan itu?
3.3.
Variasi bahasa dari segi penggunaan Variasi bahasa dari segi penggunaan tampak
pada penggunaan register. Register merupakan ragam bahasa tertentu yang
digunakan untuk maksud tertentu, sebagai balikan dari dialek sosial atau
regional (Alwasilah,1993:63). Register yang tampak pada komunikasi yakni
register di bidang pendidikan. Bentuk register tampak pada tuturan berikut ini.
3.4 Variasi
bahasa sosiolek Sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang
berkenaan dengan status, golongan dan kelas sosial para penuturnya. Dalam
sosiolinguistik variasi inilah yang menyangkut semua masalah pribadi
penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, pekerjaan, seks,
dan lain sebagainya. Sehubungan dengan variasi bahasa yang berkenaan dengan
tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya disebut dengan
prokem.
3.4.1
Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Variasi bahasa berdasarkan
pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si
pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar
akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkat atas.
Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda
penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
3.4.2
Variasi bahasa berdasarkan profesi,
pekerjaan, atau tugas para penutur
Variasi bahasa berdasarkan profesi
adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas
para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh,
guru, mubaligh, dokter, dan lain sebagainya tentu mempunyai perbedaan variasi
bahasa.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Chaer,
Abdul dan Leonie A. (2010). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT.Rineka
Cipta.
2. Hamalik,
O. (2014). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
3. Karomani.
(2010). Keterampilan Berbicara 1. Jakarta: Matabaca Publishing.
4. Kartomihardjo,
S. (1988). Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta.
5. Mahsun.
(2005). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, dan Tekniknya. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
6. Pateda,
M. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa Bandung.
7. Putu
Wijaya, D. dan Muhammad R. (2013). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
8. Setiyadi,
B. (2006). Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing: Pendekatan Kualitatif
dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
9. Suyanto,
E. (2011). Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar.
Yogyakarta: Ardana Medi